Ilmu
Perbandingan Politik adalah salah satu cabang studi politik (study of politics) dan ilmu politik (political science). Studi perbandingan
politik acapkali membingungkan, tidak saja bagi para mahasiswa, namun juga para
akademisi.
Ilmu politik
dan ilmu perbandingan politik berkaitan dalam hal teori dan metode. Teori, adalah serangkaian generalisasi
yang tersusun secara sistematik, sedangkan metode,
adalah suatu prosedur atau proses yang menggunakan teknik-teknik dan perangkat
tertentu dalam mengkaji sesuatu guna menelaah, menguji dan mengevaluasi teori.
Dalam studi
ini, banyak istilah yang terlanjur digunakan secara longgar dan diartikan
secara berbeda-beda. Contohnya istilah “perbandingan pemerintahan”, yang
biasanya mengacu ke studi tentang berbagai negara bangsa di Eropa, dan fokus
studi ini adalah tentang lembaga-lembaga beserta segenap fungsinya di
negara-negara itu, dengan penekanan pada lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif, serta berbagai organisasi lain yang terkait seperti partai politik
dan pressure group.
Sedangkan
studi perbandingan politik (comparative
politics) mempelajari kegiatan-kegiatan politik dalam cakupan lebih luas,
termasuk mengenai pemerintahan dan berbagai lembaganya dan juga aneka
organisasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan pemerintahan (antara
lain adalah suku bangsa, masyarakat, asosiasi-asosiasi, dan berbagai
perserikatan).
Istilah
perbandingan politik juga diartikan sebagai upaya untuk membandingkan segala
bentuk kegiatan politik, baik itu yang berkaitan dengan pemerintahan maupun
yang tidak berhubungan dengan pemerintahan.
Oleh sebab
itu, para spasialis perbandingan politik cenderung mengartikan perbandingan
politik sebagai studi tentang segala sesuatu yang berbau politik. Pengertian
perbandingan politik yang lebih longgar lagi akan mengaburkan kriteria
penentuan hal-hal apa saja yang layak menjadi objek kajiannya.
Kita dapat
menggali hubungan ilmu politik dan perbandingan politik dengan bidang-bidang
lain, seperti yang dilakukan oleh Ronald H. Chilcote, yang melihat bahwa teori
maupun metodenya banyak bersumber dari pemikiran para filsuf politik “klasik”
seperti Aristoteles dan Plato, Machiavelli dan Montesquieu, serta Hegel, Mark
dan Mill.
Perbandingan
politik juga banyak bersumber dari pemikiran para tokoh di awal abad 20 seperti
Woodrow Wilson, James Bryce dan Carl Friedrich, yang telaahannya mengarah ke
studi formal tentang pemerintahan dan negara.
Karya
dibidang lain yang turut mempengaruhi studi perbandingan politik, antara lain
karya A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski dibidang Antropologi;
Gaetano Mosca, Vilfredo Pareto, Mark Weber dan Emile Durkheim dibidang
sosiologi dan sosiologi politik; serta John M. Keynes, Karl Marx dan V.I. Lenin
dibidang ekonomi politik.
Terjadinya PD
II, telah meningkatkan minat para akademisi di AS untuk mempelajari
sistem-sistem politik negara-negara lain, khususnya di Eropa dan Asia. Pudarnya
pamor kerajaan-kerajaan besar setelah perang dan gemuruh perjuangan kemerdekaan
didunia ketiga mendorong akademisi untuk mengalihkan perhatian dari
sistem-sistem politik mapan ke negara-negara baru tersebut.
Konsekuaensinya
terhadap studi perbandingan politik sangatlah besar. Menurut Braibanti (1968), disaat itulah terjadi
lonjakan riset tentang negara-negara baru, ditopang oleh perkembangan teknologi
riset dan melimpahnya dana penelitian yang antara lain disediakan pemerintah
yang menginginkan masukan-masukan dari kalangan akademis untuk menyusun aneka
program luar negeri, termasuk program bantuan untuk negara berkembang.
Teori-teori Sistem
Kepustakaan
teori-teori sistem dalam perbandingan politik mulai mencuat diawal tahun 50-an.
Ada 3 penulis yang dapat dikemukakan sebagai wakil perintis dan pengembang
teori-teori sistem ini.
- Pertama, David Easton, yang bukunya berjudul The Political System dan sejumlah tulisannya yang lain menandai lahirnya konsep sistem politik (political system) bersamaan dengan konsep-konsep input dan output, tuntutan (demands) dan dukungan (support) serta umpan balik;
- Kedua, Gabriel Almond, yang banyak dipengaruhi antropolog fungsionaris A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski, serta sosiolog Max Weber dan Talcott Parsons. Awalnya Almond menawarkan suatu klasifikasi sederhana tentang sistem-sistem politik, yang mencakup pula sistem-sistem politik di luar dunia Barat, dan negara-negara yang baru merdeka. Ia kemudian bergabung dengan para spesialis perbandingan politik dengan merumuskan kategori-kategori struktur dan fungsi, dan mengkaitkannya dengan semua sistem politik yang ada di dunia. Selanjutnya Almond mengaitkan pula konsepsinya tentang sistem dengan budaya dan pembangunan;
- Ketiga, Karl Deutsch yang karyanya, Nerves of Government, banyak bersumber dari teori sibernika yang dirumuskan Norbert Wiener ketika berusaha mengembangkan model politik sistemik (systemic model of politics).
Teori-teori Budaya
Pendekatan
kebudayaan dalam perbandingan politik marak selama 1960-an, bertolak dari
karya-karya tradisional tentang budaya dalam antropologi, studi-studi tentang
sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil dalam sosiologi, serta studi-studi
tentang kepribadian dalam psikologi.
Konsep budaya
politik dikatkan ke konsep negara, atau budaya-budaya nasional. Dalam hal ini
budaya politik dilihat sebagai penjelmaan kembali konsep lama karakter
nasional. Budaya politik juga berkaitan dengan sistem. Budaya politik terdiri
dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang
melatarbelakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.
Jenis budaya
politik merupakan ciri dari sistem politik yang bersangkutan, misalnya saja
budaya politik parokial, budaya politik subjek dan budaya politik partisipan.
Jenis-jenis budaya politik ini merefleksikan orientasi psikologis dan subjektif
dari orang-orang yang menjadi warga suatu negara/masyarakat terhadap sistem
nasional mereka.
Tokohnya
adalah Gabriel Almond dan Sydney Verba dalam buku mereka “Civic Culture”.
Teori-teori Pembangunan
Pendekatan
penting ketiga dalam kepustakaan perbandingan politik adalah teori-teori
pembangunan (developmental theories). Perhatian terhadap pembangunan didorong
oleh kemunculan negara-negara baru di dunia ketiga. Almond memandang penting
untuk mengaitkan gagasan-gagasannya tentang hakikat sistem politik dan tentang
budaya politik pembangunan (political culture to development).
Hasilnya
adalah suatu artikel dalam Jurnal World Politics tahun 1965 dan sebuah buku
yang ditulisnya bersama G. Bingham Powell, yakni Comparative Politics: A
Developmental Approach. Dalam buku tersebut Almond secara lebih terarah berusaha
membangun sebuah model yang terdiri dari serangkaian konsep dan tahapan-tahapan
khas proses pembangunan.
Kepustakaan
perbandingan politik tentang pembangunan sebenarnya dapat dipilah
sekurang-kurangnya menjadi lima kategori.
- Kategori Pertama, dengan Almond dkk (AFK.Organski, Walt Rostow) sebagai tokohnya, mencoba memanfaatkan konsep-konsep tradisional seperti demokrasi dan demokrasi politik, serta mengolah dan menampilkannya kembali dalam sosok yang lebih canggih, dan terkadang abstrak;
- Kategori kedua, berfokus pada konsepsi pembangunan bangsa (nation building). Studi-studinya mencoba memadukan konsepsi lama seperti nasionalisme dengan penafsiran baru tentang makna pembangunan itu sendiri. Nationalism and Social Communication (Karl Deutsch), From Empire to Nation (Kalman Silvert), merupakan contoh-contoh yang menerapkan konsep nasionalisme dan pembangunan dalam kajian kawasan Afrika dan Amerika Latin;
- Kategori ketiga berfokus pada modernisasi. Contoh-contoh tulisan yang menonjol adalah Modernization and the Structure of Societies (Marion J. Levy) yang merupakan suatu upaya ambisius untuk menerapkan fungsionalisme struktural terhadap teori modernisasi, serta The Politics of Modernization (David Apter), sebuah upaya provokatif untuk membangun sebuah model;
- Kategori keempat, mencakup studi-studi tentang perubahan. Contohnya tulisan yang penting adalah Political Order in Changing Societies (Samuel P. Huntington);
- Kategori kelima, meliputi studi-studi kritis yang seperti telah disinggung diatas kemudian memunculkan teori-teori pembangunan etnosentris. Studi-studi ini ini berfokus pada keterbelakangan di negara-negara miskin, yang dilihat sebagai korban pembangunan dan industrialisasi kapitalistik di negara-negara maju. Contoh tulisan yang menonjol Capitalism and Underdevelopment in Latin America (Andre Gunder Frank) dan How Europe Underdeveloped Afrika (Walter Rodney). Para teoritisi ini menegaskan segala bentuk keterpurukan di negara miskin bersumber dari ketergantungannya kepada negara-negara kaya.
Teori-teori Kelas
Sekitar
pertengahan 1960-an, Komite Perbandingan Politik (Committee on Comparative
Politics) memutuskan untuk memberi perhatian kepada studi-studi tentang elite.
Munculnya para pemimpin kharismatik seperti Fidel Castro (Cuba), Kwame Nkrumah
(Ghana), Soekarno (Indonesia) melipatgandakan perlunya mempelajari sosok
pemimpin politik di dunia ketiga.
Selain itu,
kegagalan lembaga-lembaga politik
standar seperti parlemen dalam menciptakan stabilitas politik di berbagai
negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin, kian menekankan pentingnya studi
tentang elite.
Pendekatan Perbandingan Politik: Beberapa
Karakteristik
Pendekatan Tradisional
|
Pendekatan Behavioral
|
Pendekatan Pasca-behavioral
|
Saling
mengaitkan fakta dan nilai
|
Memisahkan
fakta dan nilai
|
Fakta dan
nilai diikat pada tindakan dan relevansi
|
Perspektif
dan normatif
|
Nonperspektif,
Objektif dan empiris
|
Bersifat
humanistik dan berorientasi masalah, normatif
|
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
dan Kuantitatif
|
Berkaitan
dengan ketidakteraturan dan keteraturan
|
Berkaitan
dengan keseragaman dan keteraturan
|
Berkaitan
dengan keteraturan dan ketidakteraturan
|
Konfiguratif
dan non komparatif, berfokus pada negara-negara individual
|
Komparatif,
berfokus pada beberapa negara
|
Komparatif,
berfokus pada beberapa negara
|
Etnosentris,
secara khusus berfokus pada demokrasi-demokrasi Eropa Barat
|
Etnosentris,
secara khusus berkaitan dengan model Anglo-Amerika
|
Secara
khusus berorientasi pada dunia ketiga
|
Deskriptif,
sempit dan statis
|
Abstrak,
berideologi konservatif dan statis
|
Teoritis,
radikal dan berorientasi hasil
|
Berfokus
pada struktur-struktur formal (institusi dan pemerintah)
|
Berfokus
pada struktur-struktur dan fungsi-fungsi (kelompok) formal dan informal
|
Berfokus
pada hubungan dan konflik kelas serta kelompok
|
Kepustakaan
atau literatur perbandingan politik cukup banyak dan bermacam-macam. Namun
sebuah survai mengenai literatur perbandingan politik biasanya bermula dengan
Aristoteles dan lain-lain yang mengklasifikasikan tipe-tipe atau bentuk negara
kemudian menarik generalisasi kehidupan politik.Hingga abad 19, tipologi yang
menonjol mengklasifikasi politik menjadi monarkhi, aristokrasi dan demokrasi.
Norman
Furniss (1974) memberikan upaya untuk mensintesis literatur umum perbandingan
politik, dengan cara:
- Menanggalkan pencarian teori dan kembali ke pendekatan negara per negara;
- berfokus pada topik atau institusi dan studi pemerintahan-pemerintahan lintas batas nasional;
- menerapkan sebuah pendekatan lintas nasional makro menggunakan informasi deskriptif seluruh negara;
- berfokus pada konsep-konsep berjangkauan menengah dengan perhatian pada apa yang relevan dengan politik;
- menekankan trend-trend sejarah lintas nasional dan kekuatan-kekuatan yang membentuk kehidupan politik.
terima kasih sob,
BalasHapus