“kehidupan
di dunia ini selalu berdialektika secara alami, dimana tak ada yang
abadi. Perubahan sesuatu hal yang pasti, senantiasa terjadi tanpa kita
sadari. Tapi yakin tak ada perubahan yang tak memberikan arti yang tak
berarti”
oleh :
Yoghi Kurniawan Prathama
Awam dan tabu bagi sebagian besar mahasiswa ketika membicarakan politik. Selalu stereo tape negatif
yang berkembang dikhalayak tentang istilah politik. Implikasinya
mahasiswa selalu apatis untuk melakukan aktivitas–aktivitas yang
berkaitan dengan politik. Kontradiksi dengan hakikat mahasiswa secara
ideal sebagaimana bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan, iron stock,
yang secara kapasitas dan kapabilitas keilmuan harus
mengimplementasikannya dalam gagasan–gagasan kritis sebagai kontrol
sosial terhadap suatu hal atau suatu permasalahan.
Politik
dalam pandangan klasik sebenarnya secara filosofi mengandung arti yang
sangat luar biasa. Dimana segala aktivitas politik merupakan hal–hal
yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan dan kebaikan bagi bersama.
Berawal dari itu seharusnya mahasiswa mampu mengimplementasikan dan
merealisasikannya dalam gagasan kritisnya dengan tindakan politik yang
seharusnya mereka lakukan.
Menjelang
runtuhnya rezim era orde baru kita mengenal bagaimana ganasnya
mahasiswa untuk mengkritisi kebijakan–kebijakan pemerintah. Dimana
mahasiswa bersatu padu, satu tujuan, demi satu harapan yakni Indonesia
yang lebih baik, dan menuntut adanya kebebasan atau demokrasi yang
sesungguhnya di negara ini tanpa ada pemasungan hak–hak pribadi.
Namun,
seiring berjalannya proses demokrasi dalam bangsa ini. Kita cenderung
melihat bahwa demokrasi yang abu–abu yang sekarang ini kita jalankan.
Tanpa ada kejelasan seperti apa demokrasi yang kita pakai saat ini?
Masuk
dalam konteks politik kampus pasca reformasi, kehidupan organisasi
mahasiswa dan pergerakan mahasiswa semakin menggeliat dengan adanya
kebebasan berserikat dan berkumpul. Dengan telah dihapusnya aturan
mengenai Normalisasi Kehidupan Kampus Badan Koordinasi Mahasiswa, yang
selama masa orde baru mahasiswa dikekang sedemikian rupa oleh rezim yang
berkuasa.
Penerapan
demokrasi ormawa dikampus bisa terlihat di berbagai kampus–kampus besar
yang secara aktif mewarnai kehidupan politik kampusnya dan
berkontribusi terhadap proses politik nasional dengan berbagai
pergerakannya. Selain kita bisa lihat dengan adanya Pemilihan Raya di
Ormawa–ormawa kampus, baik untuk memilih ketua BEM, maupun Presiden
Mahasiswa. Implikasi positif yang bisa kita ambil adalah peran serta
mahasiswa keseluruhan secara aktif dalam proses politik itu sendiri, dan
tidak cenderung apatis.
Contoh
baik diatas, kita coba analisis dengan realitas kehidupan politik
kampus di Universitas yang kita cintai, kampus perjuangan Universitas
Siliwangi. Secara umum dalam aturan pedoman organisasi mahasiswa
sebagaimana yang disahkan dalam SK rektor tahun 2010. Pemilihan dan
pergantian jabatan ketua ormawa adalah melalui musyawarah mahasiswa,
baik di tingkat jurusan, fakultas, maupun universitas.
MUSYAWARAH
DAN DEMOKRASI? Bagaimana kaitannya antara musyawarah dan proses
demokrasi kampus? Memang secara esensi musyawarah juga merupakan salah
satu proses demokrasi dimana kita membicarakan berbagai hal untuk
menghasilkan mufakat bersama. Namun yang harus kita kritisi bersama,
musyawarah yang kita jalankan saat ini di kampus perjuangan adalah
musyawarah perwakilan. Dimana hanya segelintir mahasiswa yang masuk
dalam forum – forum musyawarah mahasiswa.
Secara
objektif, banyak kelebihan dan kelemahan dari proses musyawarah
mahasiswa ini. Namun dampak negatif yang bisa kita kerucutkan tentang
musyawarah mahasiswa ini ada beberapa hal. Pertama, dengan
musyawarah mahasiswa yang diwakili segelintir mahasiswa tidak mampu
mencerminkan suara mahasiswa secara umum, dan menyebabkan mahasiswa lain
diluar forum bersifat apatis. Kita contohkan dengan pemilihan PRESIDEN
MAHASISWA, dimana peserta forum MAM merupakan delegasi BEM dan BLM
Fakultas, secara kelembagaan fakultas memang mewakili, tapi suara
mahasiswa secara umum tidak mampu untuk dicerminkan dengan perwakilan
beberapa orang. Presiden Mahasiswa yang notabene pemimpin mahasiswa satu
universitas nantinya, sangat tidak ideal bila tidak diketahui rakyatnya
(mahasiswa).
Kedua, dengan
musyawarah mahasiswa yang diwakili segelintir mahasiswa akan memiliki
tendensi dibubuhi banyak kepentingan, baik kepentingan individu,
golongan tertentu maupun calon ketua ormawa itu sendiri. Dampaknya,
kekuasaan hanya digunakan sebagai sarana atau jalan untuk mencapai
kepentingan pribadi maupun golongan.
Ketiga, dengan
adanya musyawarah mahasiswa yang diwakili segelintir mahasiswa itu
suatu pembodohan bagi mahasiswa secara keseluruhan. Dimana tidak adanya
pendidikan politik bagi seluruh mahasiswa dan informasi yang tidak
merata bagi seluruh mahasiswa.
Dari
beberapa pemaparan dampak negatif Musyawarah Mahasiswa, kita bisa lihat
bahwa ternyata proses demokrasi mahasiswa di kampus sangat terpasung,
dan bisa dibilang lebih parah dibanding era orde baru. Dimana dengan
musyawarah mahasiswa, mahasiswa awam dibelenggu hak – hak politiknya,
dan dibuat apatis secara sistematis. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi
kita semua yang peduli akan sebuah perbaikan.
Akan tetapi, disini ada tawaran yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut. Pertama,
dengan menggagas format Pemilihan Raya (PEMIRA) untuk setiap pemilihan
ketua organisasi mahasiswa di lingkungan kampus perjuangan. Dimana
dengan adanya pemilihan raya, mahasiswa dapat memperoleh informasi yang
merata dan berperan aktif untuk memberikan sumbangsinya dengan memilih
secara langsung. Sehingga mengurangi mahasiswa yang bersifat apatis dan
pendidikan politik pun merata kepada semua mahasiswa.
Dan
mengenai musyawarah mahasiswa, kita bisa tetap mempertahankannya. Akan
tetapi subtansi yang dibahas dalam musyawarah mahasiswa bisa kita ganti
dengan agenda legislasi misalnya pembuatan aturan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Organisasi, garis–garis besar haluan kerja
organisasi, program kerja organisasi, dan evaluasi program kerja periode
sebelumnya.
Dengan
demikian, besar harapan dengan format ini bisa menjadi cerminan bagi
pemikiran setiap mahasiswa Universitas Siliwangi untuk bergerak dinamis
menuju UNSIL yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar